Renungan Harian
⁶Rabu, 16 Juni 2021
"KEJAHATAN DIHADAPI DENGAN MEMBERKATI"
1 Petrus 3 : 9
dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.
Sudah merupakan hal yang biasa dan wajar dalam kehidupan di dunia ini melakukan hukuman pembalasan atas perbuatan yang dilakukan orang lain kepada dirinya. Bahkan akan terlihat konyol dan bodoh bagi orang banyak ketika ada seseorang yang diam saja ketika menerima perlakuan buruk atau jahat dari orang lain. Orang yang demikian akan dianggap lemah dan bodoh oleh sekitarnya. Dalam nas ini, Petrus mengajarkan konsep yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Petrus mengajarkan agar orang percaya tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan, melainkan memberkati. Konsep ini disampaikan Petrus kepada orang percaya yang menghadapi tekanan dan mendapatkan perlakuan yang jahat dari orang lain. Apa yang diajarkan oleh Petrus ini pastinya akan terlihat atau dapat dikatakan sebagai sesuatu hal yang aneh dan konyol. Petrus bukan hanya mengatakan untuk tidak membalas dengan perbuatan jahat, tetapi juga harus memberkati orang yang melakukannya. Artinya orang percaya bukan menjadi pasif atau diam saat kejahatan terjadi, melainkan aktif untuk memberkati atau mendoakan pelakunya. Memang hal ini adalah sesuatu hal di luar nalar manusia dan pastinya sulit untuk dilakukan oleh manusia sebab manusia adalah pribadi yang terlihat lemah dan ingin dihargai oleh orang lain. Namun konsep inilah yang diajarkan kepada orang percaya melalui Petrus. Apa alasannya harus demikian? Karena orang percaya dipanggil untuk melakukan perbuatan baik yang Tuhan inginkan (bnd. Ef. 2:10). Perilaku yang demikian juga merupakan bagian hidup orang yang menjadi pengikut Kristus, sebab berbuat baik, mengusahakan perdamaian, dan memberkati orang yang berbuat jahat adalah sikap Kristus sendiri (Mat. 5:38-45). Sebenarnya, ajaran tidak membalas kejahatan bukan sekadar etika yang indah, atau sikap mengasihani diri, melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri. Ketika kita membalas kejahatan dengan kebaikan, kita menyerahkan diri pada kebaikan Tuhan yang mendengarkan permintaan tolong kita (12). Walaupun hidup penuh ketidakadilan, kita dapat berharap pada kekuatan dan keadilan Tuhan yang akan membalas orang yang berbuat jahat (Mzm. 34). Tuhan juga mengajarkan bahwa orang percaya bukanlah berada dalam posisi yang memberikan pembalasan, sebab yang berhak melakukan pembalasan adalah Tuhan (bnd. Roma 12:19). Orang percaya adalah orang yang dipanggil Tuhan untuk melakukan perbuatan baik yang Tuhan inginkan di dunia ini.
Amin.
📘Bacaan Pagi: Yeremia 22:1-9
📘Bacaan Malam: Lukas 6:43-45
📘Nyanyian harian: BE No. 725:1
Komentar
Posting Komentar