Renungan Harian
⁶Jumat, 16 April 2021
"HIDUPLAH KARENA PERCAYA"
Habakuk 2 : 4
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
Apa yang ada di benak kita ketika kita mendengarkan kata membusungkan dada? Mungkin akan banyak yang mengatakan bahwa membusungkan dada adalah sikap bangga namun lebih terkesan menyombongkan diri atau angkuh. Dalam kamus sinonim, membusungkan dada disamakan dengan angkuh, melembungkan dada, rangah, sombong. Kesombongan dan keangkuhan merupakan salah satu sikap hidup manusia. Sombong, angkuh, congkak, arogan acapkali muncul dalam kedirian manusia bahkan sikap itu didemonstrasikan secara sempurna oleh manusia untuk menunjukkan kepribadiannya. Sikap sombong seringkali menimbulkan distorsi dalam membangun relasi antar manusia sebab sikap seperti itu biasanya diikuti sikap negatif lainnya misalnya egois, merasa paling benar, paling tahu, otoriter, paling saleh, paling hafal ayat Kitab Suci, paling beriman, dan sebagainya. Sikap sombong, arogan dan angkuh sering juga membawa orang pada sikap takabur, seolah ia amat yakin menjadi penghuni surga. Namun dalam nas ini justru firman Tuhan menyatakan bahwa orang yang membusungkan dada hatinya tidak lurus. Hati yang tidak lurus sama saja dengan hati yang tidak benar. Hati yang tidak benar menjadikan manusia hidup dalam dosa dan kejahatan. Dalam nas ini, sikap orang yang demikian diperbandingkan dengan orang yang benar dimana orang tersebut akan hidup oleh percayanya. Orang benar itu adalah orang yang hidupnya memberlakukan firman Allah, orang yang setia berjalan di jalan Tuhan. Orang benar seperti ini hidup karena percayanya, hidup dengan mengandalkan iman. Kedua karakter manusia ini menjadi salah satu penglihatan yang Tuhan berikan kepada Habakuk sebagai bagian dari respon Allah atas ratapan penderitaan yang diungkapkan Habakuk melihat kondisi umat Allah yang menderita karena ketidakadilan bangsa lain. Lalu mengapa Tuhan menunjukkan penglihatan seperti itu kepada Habakuk? Penglihatan ini hendak menunjukkan perbedaan karakter hidup orang yang sombong dengan orang yang benar dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan terkadang merupakan kesempatan bagi orang benar untuk semakin membuktikan kualitas imannya di hadapan Tuhan dengan tetap hidup benar di hadapan Tuhan mengandalkan imannya. Tapi Tuhan mengingatkan bahwa orang yang sombong tidak akan ada lagi (bnd. ayat 5).
Amin.
📘Bacaan Pagi: Daniel 10:2-19
📘Bacaan Malam: 1Yohanes 2:26-38
📘Nyanyian harian: BE No. 229:1+4
Komentar
Posting Komentar